• Friday, November 21, 2014

    Gunung Lawu Via Cemoro Sewu


    Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu adalah sumber inspirasi dari nama kereta api Argo Lawu, kereta api eksekutif yang melayani Solo Balapan-Gambir.
    Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.
    Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.Sumber

    Perjalanan Semarang-Cemorosewu
    Perjalanan dimulai dari Sukun Banyumanik Semarang
    Sabtu, 16 November 2014 perjalanan kami mulai dari daerah Banyumanik Semarang, pukul  9 pagi kami mulai perjalanan menuju kota Solo, tepatnya terminal yang tidak asing lagi bagi kita, khususnya orang jawa. Yap, Tirtonadi....!! *jadi keinget sama lagunya om Didi Kempot.. :D*.
    Bus Taruna kami pilih sebagai armada perjalanan kami membelah jalanan Semarang-Solo, dengan tarif Dua Puluh ribu Rupiah per Orang, kita sudah bisa menikmati bus ber AC yang cukup nyaman. saking nyamannya sampai-sampai saya ketiduran.
    suasana di dalam Bus, Perjalanan Semarang-Solo
     Tak terasa kota Solo sudah menyambut dengan hiruk pikuk aktivitasnya. Pukul 12.00 kami pun sampai di Terminal Tirtonadi.
    Sampai di Tirtonadi kami istirahat semabari menunggu satu teman lagi yang belum sampai. Baru sekitar pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Tawangmangu.
    Suasana di bus solo tawangmangu berbeda jauh dengan suasana bus Semarang-Solo,
    ber AC sihh.. tapi AC alami, ditambah lagi kita harus berdesak-desakan dengan penumpang lain, suasana gerah dan panas menjadi teman perjalanan.
    Suasana Bus Terminal Tirtonadi-Tawangmangu

    Dari informasi yang saya peroleh dari Ibu-Ibu di samping saya,  untuk sampai ke Tawangmangu dari Terminal Tirtonadi membutuhkan waktu 2 jam perjalanan, ya itu memang membosankan, tetapi setelah melewati Karanganyar , tepatnya masuk wilayah Tawangmangu kita akan disuguhi pemandangan yang indah. Dari cerita Ibu-Ibu tersebut sudah sedikit membuang rasa bosan saya dan tidak sabar ingin sampai Tawangmangu.
    Dan akhirnya setelah melewati jalan yang berkelak-kelok sampailah di kec.Tawangmangu tepat pukul 15.30. sesampai di sana sudah banyak sopir-sopir angkutan yang menawari untuk ke Cemorosewu.
    Batas Provinsi Jateng-jatim

    Setelah kami melengkapi logistik di Tawangmangu kami pun langsung naik angkutan yang telah menunggu kami untuk menuju Cemorosewu . Perjalanan Tawangmangu menuju Cemorosewu kami ditemani dengan hujan yang yang menambah dinginnya pegunungan  kala itu. Jalan yang berkelok-kelok , menanjak, basah dan pemandangan alam sekitar yang begitu indah membuat perjalanan terasa sangat singkat.
    Titik 0 Km Cemorosewu
    Gerbang Pendakian Gunung Lawu Via Cemorosewu
     Perjalan Cemorosewu-Puncak Hargo Dumilah
    Perjalanan kami mulai sehabis sholat maghrib, tepat pukul 18.20. Perjalanan saya kali ini ditemani oleh siapa lagi kalau bukan Zanuar (ngaliyan) , Mbak Dian (genuk), Mas Agus Tengu (gajah mungkur),  Mas Narji (Sumowono), dan satu orang lagi dari madiun. Pendakian ini kami ditemani oleh mendung dari basecamp, dalam fikiran saya semoga saja tidak sampai hujan hanya mendung saja. Baru 15 menit perjalanan dari basecamp hujan mulai turun, tanpa fikir panjang kami langsung memakai mantol.  Semakin petang hujan semakin deras saja, ini lah dimana ketahanan tubuh diuji, dingin bercampur capek akan mudah menghabisan stamina.Yakin inilah perjalanan terberat yang pernah saya alami, senter kabut pun tak bisa menembus tebalnya kabut, pandangan kedepan hanya sebatas langkah kaki kami. Selangkah demi selangkah kaki ini berjalan, dan ternyata didepan kami adalah pos 1, kami berencana untuk istirahat dan menunggu hujan sedikit reda di pos 1, ternyata di pos 1 sudah dipenuhi pendaki yang berangkat terlebih dahulu, rencana kami pun di ubah beristirahat di pos 2. Dengan badan menggigil kami langkahkan kaki menuju pos 2untuk beristirahat di tempat yang telah disediakan. hmmmmm memang kami belum beruntung, di pos 2 pun juga sudah di penuhi pendaki. alhamdulillah di pos 2 ada penjual gorengan, sedikit  mengisi perut yang sudah mulai lapar , dan dibuat bekal sampai ke pos 3. setengah perjalanan dari pos 2 hujan mulai sedikit reda , hanya gerimis ynag kami temui , sesampainya di pos 3 juga sudah dipenuhi pendaki,"tidak mungkin lagi kalau mau melanjutkan ke pos 4" saut mas agus. sembari menunggu kawan-kawan berisrtirahat saya berkeliling di pos 3 untuk mencari tempat mendirikan tenda. "ya memang mustahil kita di sini bisa mendirikan tenda",kata zanuar. Sempat terjadi perdebatan kecil di pos 3 diantara kami berlima. Saya pun mendapatkan tempat, tetapi disana bekas bakar-bakaran sampah dan hanya cukup untuk mendirikan 1 tenda. setelah kami bersihkan bekas bakar-bakaran tersebut ternyata bisa untuk mendirikan tenda 3, ya walaupun cukup miris kalau melihatnya.

    Tenda sudah berdiri, untuk menghangatkan diri kami hanya membuat kopi , kalau untuk membuat makan malah terasa sangat tidak mungkin karena baju kami sudah basah kuyup  dan barang-barang yang ada di keril juga basah. Dengan kondisi baju dan jaket basah kami pun berjuang untuk bisa memejamkan mata sebelum melanjutkan perjalanan esok hari.
    Alaram pun berbunyi menunjukkan pukul 04.30,dengan kondisi mata masih sayu saya berusaha bangun dan melihat suasana diluar tenda, ternyata semua diluar dari rencana semalam untuk melanjutkan perjalanan pukul 06.00, kubangunkan yang lain dan saya temui anggota kami kurang 1 , yaitu mas dari madiun yang ketemu dibasecamp kemarin sore.

     Suasana memasak di Pos 3
    Setelah selesai makan dan packing, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Puncak Hargo Dumilah (3265 mdpl), Suasana pagi ini bener-bener berbalik 360 drajat dengan kemaren sore.
    Pos 4 (kawah)
    di pos 4 ini bau belerang sangat menyengat,karena terdapat kawah yang sudah mati alias sudah kering tidak mengeluarkan belerang lagi, tapi tetap bau belerang sangat menyengat,
    Pos 5 atau Pos Jolo Tundo
    Dari Pos 5 ke Pos 6 sebenarnya jaraknya tidaklah jauh hanya jalannya yang memutar-mutar yang membuat kaki ini semakin cekot-cekot. setelah sampai di Pos 6 kami bertemu dengan seorang bapak beserta anaknya yang konon sudah berada di Gunung Lawu selama 25 hari.


    Pos 6 Gunung Lawu Via cemorosewu

    dari pos 6 ini untuk sampai di Puncak kami harus melewati jalan setapak yang terdiri dari tatanan batu (jalan Kricak dalam bahasa jawa) kami juga melihat bekas rerumputan yang terbakar sebelum kami datang ke Gunung Lawu ini.
    Perjalanan dari Pos 6 Menuju Puncak
    Dari Pos 6 ini kami pun ditemani oleh burung Jalak yang konon mitosnya burung ini akan menunjukkan jalan pkepada pendaki untuk sampai ke puncak.

    Burung Jalak yang Sangat Terkenal Di Gunung Lawu
    ternyata Burung jalak ini hanya mengantarkan kami sampai di Sendang Drajat saja, mungkin ada pendaki lain yang membutuhkan petunjuk arahnoleh siburung jalak ini.
    Sendang Drajat
    dari Sendang Drajat hanya akan melewati 1 tanjakan lagi dan akan sampailah di Puncak Hargo Dumilah (3265 mdpl)
    Tanjakan Terakhir Sebelum Sampai Puncak Hargo Dumilah

    dan Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah memberi kesempatan kepada kami untuk bisa menginjakkan kaki di Puncak Hargo Dumilah Gunung Lawu (3265 mdpl).

    Foto Bersama Anak-Anak Mapala Kalbu Giri Solo

    Foto Sebelum Meninggalkan Puncak
    Setelah cukup puas menyusurri dan istirahat di Puncak Hargo Dumilah, kami langsung menuju tujuan kami selanjutnya , kemanalagi kalau bukan Warung Soto Mbok Yem .
    Warung Soto Mbok  yem Hargo Dalem
    Tujuan terakhir di gunung lawu telah kami sambangi yaitu warung Mbok Yem, yaitu warung yang menjadi icon di Gunung Lawu karena keberadaanya yang telah berpuluh-puluh tahun silam. Akhirnya kami berlima harus segera turun menuju basecamp sebelum keesokan harinya menjalani aktifitas seperti biasa. Alhamdulillah selama perjalanan turun kami berlima diberikan kelancaran selama di perjalanan walaupun ditemani oleh sedikit gerimis hujan. Selamat jalan Gunung Lawu esok hari pasti akan kusambangi. Terimakasih untuk kesan dan pengalaman yang telah engkau beri.
    Ucapan terimakasih kepada crew pendakian kali ini Mas Agus, Mbak Dian, Mas Narji dan Zanuar. 













    No comments:

    Post a Comment