• Tuesday, December 6, 2016

    Pendakian Gunung Prau Via Wates,Wonoboyo Temanggung


    Semarang, 26 November 2016.
    Rencana mendaki Gunung Prau Via Wates telah terencana jauh-jauh hari. Tibalah pada hari dimana kami harus berkumpul dan membahas lebih matang tentang rencana tersebut. Tanpa saya sadari ternyata telah terjadi kesalahpahaman diantara kami, pendakian ternyata akan dilaksanakan pada hari sabtu 26 noverber 2016, sementara aku mengira 03 desember 2016. Padahal pada tanggal 26 acara wisuda kakak saya, terpaksa saya megurungkan rencana tersebut. Kebetulan terfikir "bagaimana kalau memberi kejutan dengan bilang tidak ikut tetapi berangkat belakangan".

    Akhirnya saya berangkat sorean ditemani oleh Yanuar, sementara rombongan sudah berangkat duluan pukul 11.00. Saya hanya mengandalkan GPS Offline (bertanya) untuk sampai ke basecamp wates. ternyata gag sesulit yang saya bayangkan untuk sampai basecamp wates. saya berangkat dari Semarang-Sumowono-Kaloran-Kandangan-Jumo-Muntung. Dari muntung, saya mulai bertanya kesana kemari jalan untuk sampai ke basecamp wates, ternyata memang belum sefamiliar basecamp patak banteng, terhitung saya sudah bertanya ke 5 orang dan semua geleng kepala tidak tau dimana itu desa wates. Ahirnya ada bapak-bapak penjaga warung yang memangil saya dan memberikan petunjuk arah menuju basecamp wates. Dari muntung ambil arah ke kejajar sekitar 1 km dari pertiggaan muntung ada perempatan belok kanan dan ikuti jalan tersebut menuju Curug Surodipo, setelah sampai di Curug Surodipo tinggal ikuti jalan tersebut sampai Desa Wates Kec.wonoboyo Kab.Temanggung.

    Desa Wates merupakan sebuah desa dikaki gunung prau yang berbatasan langsung dengan Kab.Wonosobo dan merupakan desa paling ujung dari Kab.temanggung. tidak kaget kalau untuk mencapai desa tersebut melewati jalan yang berliku-liku, kanan kiri sepanjang jalan hanyalah kabut yang saya lihat, jarak pandangkurang lebih hanya 3 meter.
    Setelah sampai Basecamp Wates hanya terlihat beberapa pemuda desa yang sedang bermain tenis meja, belum ada tanda-tanda adanya pendaki yang naik, setelah saya bertanya kepada petugas basecamp ternyata saya dan yanuar adalah pendaki pertama pada hari itu, padahal waktuk telah menunjukkan pukul 5 sore. Disini kami berdua mulai gelisah "Apakah rombongan tidak jadi ke sini".
    Sembari menunggu rombongan dengan gelisah saya berjalan keliling desa sambil mencari masjid untuk sholat maghrib. setelah sholat kami putuskan untuk menginap dibasecamp saja kalau memang rombongan tidak jadi ke sini disamping itu juga hujan turun sangan deras malam itu. Syukur alhamdulillah setelah pulang dari masjid sudah banyak pendaki di basecamp dan lebih terkejutnya lagi rombongan dari semarang ada dalam kerumunan dibasecamp."niat mau memberi kejutan eh tp malah terkejut sendiri".

    Sembari menunggu hujan reda dan kewajiban isya kita asyik bercanda dan berkenalan. Maklum beberapa dari kita adalah teman yang baru pertama kali berjumpa. Hujan mulai reda, dan berangsur berhenti. . Segera kita urus ijin simaksi untuk 15 orang, untuk tiketnya seharga 10 ribu perorang. Hati kami pun sedikit lega, sambil menunggu berhenti kita kembali packing dan menyiapkan senter dan headlamp.
    Tepat pukul 21.00 kami mulai pendakian, berbekal peta dari bc camp kita ikuti jalur yang telah ada. Setelah berdoa dan peregangan otot kita mulai berjalan. Dan, pesan dari bc camp jangan bermalam di pos 2 atau pos 3. Lanjutkan terus sampai menuju camp area dekat puncak. Hal ini membuat kita sedikit penasaran dan menjadi tanda tanya besar. Tak apalah kita ikuti saja permintaan dari pihak basecamp, namun bila nanti ada yang tidak kuat apa boleh buat. Terpaksapun ya kalau memang di pos tersebut tak mengapa batinku.
    Basecamp Wates Gunung Prau
    Perjalanan dimulai dari desa, melewati ladang kentang dan kol. setelah kurang lebih 45 menitan kita nyampai di pos 1 blumbang kodok. Perjalanan selanjutnya adalah menuju pos 2 yaitu vegetasi cemara, jalanan makin menanjak dan licin karena sisa hujan tadi. Berangsur-angsur jarak diantara kita makin menjauh. Sambil menunggu sambil merehatkan badan, itulah yang kita lakukan untuk menjaga ritme dan langkah kaki kita. akhirnya sampailah kita di pos 2 yaitu cemoro sewu. Keanehan nampaknya mulai menimpa 4 orang rombongan yang dibelakang. Mereka merasa tak melewati pos tersebut, ketika kita sampai di pos 3 sundung dewo. "Ah paling kalian tidak melihat plannya",kataku, atau merasa lelah. Oh iya jarak antara pos 2 dan 3 adalah vegetasi hutan lebat dan basah. Banyak pohon besar dan berlumut, hal inilah yang terlihat menyeramkan dan terkesan wingit. Mungkin inilah yang menyebabkan kita tidak direkomendasikan ngecamp disini, dan dalam hati akupun membenarkannya. Dan, bagi temanku yang bisa merasakan suasana dan kehadiran mahluk lain ternyata memang benar.

    Perjalanan terus berlanjut, sekarang giliranku yang berjalan paling depan. Rasanya ngeri-ngeri sedap ketika bejalan didepan sendiri. Dan memang ada sensasi merinding ditengkuk, tapi entahlah kubiarkan saja dan terus berjalan. Selanjutnya kita melipir di plawangan, ini adalah punggungan bukit dimana pada sisi kanannya adalah jurang yang dalam. melihat bukit yang ada didepan bagai melihat wajah raksasa yang tertidur pulas bagiku. Setelah plawangan kita melewati deretan tangga cinta. Lalu kita melewati jalan setapak yang kanan kirinya adalah jurang yang dalam. Mendengar suara angin yang menderu dari lembah membuat aku teringat di jalur pasar setan Merbabu. Di puncak depanku kilatan lampu senter makin banyak. Hal ini menandakan puncak dan camp area makin dekat. Kami lebih bersemangat namun kulihat ada beberapa teman cewek yang mulai kepayahan. Dan kami putuskan segera mencari daerah mendatar untuk mendirikan tenda dan memasak untuk mengisi perut yang kosong. Akhirnya setelah mendapatkan tempat yang mendatar segera kita bagi tugas. Ada yg membuat kopi, memanggang roti bahkan memasak nasi. Sebagaian ada yg sudah berpamitan tidur karena tubuh sudah sangat lelah. Ketika itu tinggal kita berempat yang diluar menikmati kopi. Tiba-tiba kami mendengar salah satu teman berteriak-teriak minta tolong. Kami kaget, gerangan apa yang membuat dia jadi meracau. Ketika seorang berlari kearah tenda, dia mendapati temanku yang berteriak bilang.... Mas, minta tolong ini yang tidurnya nggorok suruh diam. Mosok dalam tenda suaranya seperti mesin circle pemotong kayu. Bukankah itu sangat menyeramkan, tidur setenda bersama teman yang nggoroknya keras sekali....

    Mentari telah menampakkan sinarnya, namun saya pun enggan bangun untuk menikmati cahaya pagi ditambah bisikan dari SB untuk tetap dalam dekapan hangatnya. Setelah terdengar bunyi alarm dan gemriuh suara orang-orang diluar tenda tak kuasa saya untuk melanjutkan tidur. Hari itu benar-benar cerah berbalik 360 derajat dari tadi malam
    Pasukan
    Camp Area Gunung Prau Via Wates, Temangung
    Dilarang Meniru:
    Adegan Berbahaya, Hanya Dilakukan Oleh Profesional :-D
    http://www.zonabelajar.net/2014/12/membuat-portal-berita-sederhana-dengan.html

    No comments:

    Post a Comment